Membincang Daeng Ical
- fh
- Mar 13, 2018
- 2 min read

Membincang Daeng Ical
Oleh: Asnawi Rizal
(Pengamat Politik)
Perhelatan pemilu tahun ini bisa menjadi pengalaman berharga para incumbent Wakil (bupati/walikota) menapaki pemilu yang akan datang. Berkaca dari penetapan KPU se-Sulsel, 7 Wakil bupati kandas tidak ikut kontes. Wakil Bupati Bantaeng, M Yasin. Wakil Bupati Pinrang, Darwis Bastama. Wakil Bupati Enrekang, Amiruddin.Wakil Bupati Sinjai, Andi Fajar Yanwar. Wakil Bupati Luwu, Amru Saher. Wakil Bupati Wajo, Andi Syahrir Kube. Bahkan, Tokoh sekaliber Syamsu Rizal (Deng Ical), Wakil walikota Wakassar harus merasakan pahit getirnya Di-TKO sebelum bertinju di ring pemilu.
Menjadi wakil adalah posisi yg dilematis. Romantis dan sayang diawal, penuh tengkar dan caci diakhir. Saling telikung ketika rasa cinta sudah menguap. Hasilnya mudah ditebak sang wakil pasti tersungkur.
Video viral Bupati vs Wakil bupati Toli-Toli yang nyaris adu jotos adalah bukti begitu rapuhnya mut'ah perkawinan politik 5 tahunan. Mengapa Deng Ical begitu mudah dimentahkan? Saya berani bertaruh lari keliling Pantai Losari sambil telanjang, kalau Deng Ical terpental dari arena, gegara popularitas dan elektabilitas yang jeblok.
Deng Ical bukan politisi karbitan, sedari dulu sebelum tenar, jauh sebelum Appi-Cicu memahami dan masih meraba-raba defenisi "Politik", Deng Ical sudah menelaah kitab-kitab kuning pemikiran Begawan Ilmuan Politik di kampus mentereng, Universitas Hasanuddin. Sementara Cicu masih culun, masih sibuk memilih gincu yg pas..Deng Ical sudah turun gelanggang, menyerap aspirasi, membangun jejaring, keluar masuk lorong-lorong pesing kota makassar. Jauh hari sebelum jadi pesohor, Deng Ical sudah hidup dan memahami denyut nadi kota Makassar. Dia politisi yang paripurna, tenar dan dihormati ditingkatan bawah, bertaji dan disegani di level elit Pemilu bukan hanya pertarungan gagasan, atau murni memunculkan pemimpin berintegritas. Pemilu juga digunakan partai menghimpun dana.. Karnaval, rapat2 dan kongres partai, membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kasus mahar politik yang heboh beberapa waktu lalu adalah sedikit, dari banyak cara memperbesar bujet. Daerah-daerah yang jauh dari hiruk pikuk sorotan media, mudah bagi partai bermanuver dalam hal apapun.
Kota sebesar Makassar dipenuhi kader-kader partai berkaliber nasional tetap keteteran.
Diluar nalar, satu pasangan calon mampu menyatukan semua partai. Bahkan 'incumbent' walikota Makassar Danny Pomanto tertatih-tatih lewat jalur perseorangan, muncul ketakutan ditelikung oleh Elit partai Di Jakarta dan merubah rekomendasi disaat akhir penetapan calon. Banyak calon telah merasakan hal tersebut. ------- Pemilukada tahun ini adalah cermin begitu pongahnya elit-elit Politik Jakarta. Dukungan bukan hanya soal popularitas dan elektabilitas, tapi lebih pada suka atau tidak suka, cium tangan, jongkok hormat sambil pegang K**T*L demi mendapatkan rekomendasi, dan tentunya dengan losion Fulus berdos-dos. Mungkin hal terakhir itu penyebab Deng Ical harus gigit jari dan menonton pemilu di luar pentas.
Di sudut kota ini, sambil menghisap rokok dalam- dalam, ditemani kopi hitam pekat.. sy bermimpi suatu saat nanti, daerah diberi independesi, otonomi dan keleluasaan membangun partai politik lokal.
Kali ini, kita semua jadi penyaksi begitu absurdnya ideologi Partai politik "Jaman Now".
Comments