top of page

Pemimpin Tanpa Moralitas Publik

  • fh
  • Mar 9, 2017
  • 2 min read

Sebuah Essay

Oleh: MHR. Shikka Songge

(Ketua PP Bakomubin)

Kondisi pertumbuhan generasi di negeri ini, terselimuti oleh kabut ketidakpastian menghadapi masa depan. Nampak semakin terasa dan terlihat kasat mata fenomena mengerikan menghadang masa depan anak-anak negeri.


Narkoba, premanisme, kriminalisme, pergaulan bebas sampai pada kejahatan seksual dan pembunuhan bukan hal tabu di kalangan anak remaja yang berusia sekolah. Sungguh miris kita terhadap kondisi muram dan muncul ketidakpercayaan terhadap nasib masa depan kebangsaan kita.


Di sisi lain, Islam mengajarkan bahwa anak adalah insan yang terindah, pewaris peradaban mulia. Karenanya, setiap orang tua diperintahkan oleh Allah lewat Al-Qur’an untuk mendidik anak anak, agar kelak ia sanggup tegak menopang kemajuan bangsanya, dan menjadi pemimpin yang amanah ketika rakyat memberikan mandat untuk memimpin.


Tetapi, ketika orang tua atau rumah tangga tidak mampu mendidik, maka negara mengambil alih urusan pendidikan setiap anak bangsa. Tapi sayang dan sangat disayangkan, bagaimana mungkin negara bisa melaksanakan fungsi pendidikan ketika pemerintah, penyelenggara negara tidak bisa menjadi guru bagi publik?


Negara tidak cukup sekadar menyiapkan fasilitas, sarana dan prasarna bagi penyelenggaraan pendidikan, tapi negara harus menjadikan dirinya sebagai pusat pembelajaran bagi anak anak negeri. Rasanya di negeri ini tidak ada lagi ruang untuk anak bangsa untuk belajar.


Sesungguhnya hakekat pendidikan dan pembelajaran dimaksudkan untuk menemukan kesejatian dan kebenaran. Adakah kesejatian dan kebenaran pada negara ketika para penguasa berwatak “preman” yang menyelenggarakan pemerintahan negeri ini. Saling bertikai, merebut dan mempertahankan kekuasaan, tanpa tahu apa yang seharusnya dilakukan untuk negeri ini.


Bisa dibayangkan betapa kelalaian pemerintah memberikan tanggung jawab terbaik untuk rakyat. Mereka membiarkan siswa bertarung melawan maut. Realitas ini menandakan pemerintah tidak peduli dan negara tidak hadir di tengah pergumulan kemiskinan rakyat. Siswa berjalan gelantungan di jembatan darurat yang tak dipedulikan. Para siswa anak anak masa depan ini mengabaikan keselamatan jiwa mereka sendiri demi merebut masa depan.


Ada apa di negeri ini? Sepertinya negara di ambang kehancuran. Bila kondisi carut-marut yang memuakkan tidak dihentikan.


Apalagi pemimpin kita tak berkarakter, bertahan dengan pencitraan yang absurd, membagi bagi uang tanpa arah dan sasaran.


Para politisi berapologi dengan basa-basi yang urakan. Politisi, birokrasi, penegak hukum bertopeng konstitusi, Mereka mempertontonkan kelakuan buruknya di ruang publik.


Padahal, sesungguhnya mereka para penguasa sedang bertikai mempertahankan tahta milik rakyat. Mereka sejatinya perampok uang rakyat, pembohong, preman, pengkhianat pada Proklamasi, Pancasila, UUD 1945 dan NKRI.

Comments


Also Featured In

    Like what you read? Donate now and help me provide fresh news and analysis for my readers   

Donate with PayPal

© 2023 by "This Just In". Proudly created with Wix.com

bottom of page